Garut Gaungkan Pasar Wisata Digital dan Kawah Talaga Bodas
A
A
A
GARUT - Pariwisata Garut semakin bergeliat dengan hadirnya Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung yang dibuka Selasa (13/8/2019). Destinasi baru tersebut dipastikan semakin memperkuat objek wisata lain yang lebih dulu eksis. Penasaran?
Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung menawarkan konsep yang sangat unik dan kekinian. Bukan hanya menyediakan spot-spot yang instagramable, tetapi juga menghadirkan beragam pertunjukan yang pastinya menghibur semua pengunjung.
“Acaranya seru dan tidak membosankan. Ada atraksi pencak silat, pertunjukan karawitan gending, arumba sonagar, jaipong, seni bangreng, dan lain-lain,” ujarnya.
Bahkan, Perkumpulan Sabilulungan turut berpartisipasi dengan menghadirkan atraksi dari anak-anak disabilitas yang selama ini menjadi binaan anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah. Mereka menunjukkan kepiawaiannya dalam menguasai jurus-jurus seni beladiri pencak silat. Termasuk memainkan alat musik angklung.
“Sebagai pasar wisata digital, Dayeh Manggung juga menghadirkan aneka kuliner khas Garut yang menggugah selera. Ada atraksi munum teh, prosesi minum kopi dan kemunculan noni-noni serta tampilan demang di dalam prosesi seni,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut Budi Gan Gan menambahkan Dayeuh Manggung membuat destinasi wisata di daerahnya semakin beragam dan semarak. Ada banyak objek wisata yang bisa dikunjungi. Baik setelah menghadiri pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung atau lain waktu di kesempatan yang berbeda.
“Untuk pecinta wisata alam bisa mengunjungi Kawah Telaga Bodas dan Hutan Mati Papandayan. Keduanya cukup populer di kalangan traveler karena menyajikan pemandangan alam yang sangat indah dan tak biasa,” ucapnya.
Kawah Talaga Bodas adalah objek wisata pegunungan. Ini merupakan danau kecil atau talaga yang terbentuk di bekas kawah Gunung Talaga Bodas. Kawah ini masih mempunyai aktivitas vulkanik, namun sudah tidak berbahaya dan aman dikunjungi. Di sini, pengunjung bisa menemukan suasana sejuk dan pemandangan yang menyegarkan mata. Lokasi kawah berada sekitar 28 km dari Ibu Kota Garut dan relatif mudah dijangkau dengan kendaraan.
Sementara Hutan Mati Papandayan merupakan destinasi unik yang tak akan ditemui di daerah manapun. Hutan ini menjadi saksi nyata kedigdayaan Gunung Papandayan yang meletus pada tahun 2002. Pepohonan di sana mati terbakar karena awan dan abu panas yang menyelimuti lereng gunung tersebut.
“Kini, kawasan hutan ini menyajikan pemandangan pohon-pohon yang kering tanpa daun. Meski terkesan agak suram, hutan mati memiliki daya tarik tersendiri. Untuk melihatnya, wisatawan bisa datang ke Karamat Wangi, Kecamatan Cisurupan,” bebernya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mendukung pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung. Menurutnya, destinasi digital merupakan langkah tepat untuk mengangkat sebuah destinasi.
"Destinasi digital memungkinkan kita menyerap lebih banyak wisatawan, bahkan turis mancanegara. Setiap kita membuat destinasi digital, ribuan orang datang ke sana. Destinasi digital telah memenuhi kebutuhan para netizen, terutama kaum millenial,” jelasnya.
Menpar Arief menegaskan, kebutuhan seperti ini adalah kebutuhan untuk diakui. Tidak hanya terjadi di anak muda tapi juga orang tua. "Kalau ini meledak di anak muda dan Indonesia maka akan meledak juga di dunia. Sebab, sekarang eranya digital. Eranya industri 4.0. Destinasi yang dibutuhkan pun bergeser ke digital," tandasnya.
Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung menawarkan konsep yang sangat unik dan kekinian. Bukan hanya menyediakan spot-spot yang instagramable, tetapi juga menghadirkan beragam pertunjukan yang pastinya menghibur semua pengunjung.
“Acaranya seru dan tidak membosankan. Ada atraksi pencak silat, pertunjukan karawitan gending, arumba sonagar, jaipong, seni bangreng, dan lain-lain,” ujarnya.
Bahkan, Perkumpulan Sabilulungan turut berpartisipasi dengan menghadirkan atraksi dari anak-anak disabilitas yang selama ini menjadi binaan anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah. Mereka menunjukkan kepiawaiannya dalam menguasai jurus-jurus seni beladiri pencak silat. Termasuk memainkan alat musik angklung.
“Sebagai pasar wisata digital, Dayeh Manggung juga menghadirkan aneka kuliner khas Garut yang menggugah selera. Ada atraksi munum teh, prosesi minum kopi dan kemunculan noni-noni serta tampilan demang di dalam prosesi seni,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut Budi Gan Gan menambahkan Dayeuh Manggung membuat destinasi wisata di daerahnya semakin beragam dan semarak. Ada banyak objek wisata yang bisa dikunjungi. Baik setelah menghadiri pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung atau lain waktu di kesempatan yang berbeda.
“Untuk pecinta wisata alam bisa mengunjungi Kawah Telaga Bodas dan Hutan Mati Papandayan. Keduanya cukup populer di kalangan traveler karena menyajikan pemandangan alam yang sangat indah dan tak biasa,” ucapnya.
Kawah Talaga Bodas adalah objek wisata pegunungan. Ini merupakan danau kecil atau talaga yang terbentuk di bekas kawah Gunung Talaga Bodas. Kawah ini masih mempunyai aktivitas vulkanik, namun sudah tidak berbahaya dan aman dikunjungi. Di sini, pengunjung bisa menemukan suasana sejuk dan pemandangan yang menyegarkan mata. Lokasi kawah berada sekitar 28 km dari Ibu Kota Garut dan relatif mudah dijangkau dengan kendaraan.
Sementara Hutan Mati Papandayan merupakan destinasi unik yang tak akan ditemui di daerah manapun. Hutan ini menjadi saksi nyata kedigdayaan Gunung Papandayan yang meletus pada tahun 2002. Pepohonan di sana mati terbakar karena awan dan abu panas yang menyelimuti lereng gunung tersebut.
“Kini, kawasan hutan ini menyajikan pemandangan pohon-pohon yang kering tanpa daun. Meski terkesan agak suram, hutan mati memiliki daya tarik tersendiri. Untuk melihatnya, wisatawan bisa datang ke Karamat Wangi, Kecamatan Cisurupan,” bebernya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mendukung pembukaan Pasar Wisata Digital Dayeuh Manggung. Menurutnya, destinasi digital merupakan langkah tepat untuk mengangkat sebuah destinasi.
"Destinasi digital memungkinkan kita menyerap lebih banyak wisatawan, bahkan turis mancanegara. Setiap kita membuat destinasi digital, ribuan orang datang ke sana. Destinasi digital telah memenuhi kebutuhan para netizen, terutama kaum millenial,” jelasnya.
Menpar Arief menegaskan, kebutuhan seperti ini adalah kebutuhan untuk diakui. Tidak hanya terjadi di anak muda tapi juga orang tua. "Kalau ini meledak di anak muda dan Indonesia maka akan meledak juga di dunia. Sebab, sekarang eranya digital. Eranya industri 4.0. Destinasi yang dibutuhkan pun bergeser ke digital," tandasnya.
(alf)